Baca bahasa tubuh anak. Kalau anak lagi lari-lari terus jatuh, yang umum sih suka kelepasan ya ngomong “tuh kan, ibu bilang apa? Makanya jangan lari-larian!” Padahal bahasa tubuh anak sudah menunjukkan bahwa ia kesakitan, butuh dipeluk ditenangkan ya, bukan dimarahi :) Bahasa tubuh seseorang (bahkan kita juga) nggak akan bisa bohong. Karena bahasa tubuh itu terbentuk dari perasaan seseorang terhadap sesuatu. Kata ibu Elly, baca bahasa tubuh anak dulu, maka kamu bisa memahami/mendengarkan perasaannya.
- Ada 12 gaya bahasa popular turun temurun yang kerap dilontarkan orangtua pada anaknya, baik sengaja maupun tidak sengaja. Dibawah ini ceritanya situasi anak lagi lari-larian terus jatuh.
- Menyalahkan, “Tuh kan jatuh, lagian nggak bisa diem banget sih”
- Meremehkan, “Masa gitu saja nangis?”
- Membandingkan, “Tuh lihat si A nggak nangis loh!”
- Mencap/ memberikan label, “Kamu nakal sih”
- Mengancam, “Nangisnya sudah dong, nanti ibu panggilin dokter nih biar disuntik”
- Menasehati, “Makanya omongan orangtua itu didengerin”
- Membohongi, “Dipakein obat ini nggak sakit kok”
- Menghibur, “Nggak apa-apa kok, besok juga sembuh lukanya”
- Mengkritik, “Kamu pake sendalnya yang itu sih, kan licin pantesan saja jatuh”
- Menyindir, “Ini akibatnya kalo nggak dengerin orangtua, kualat kan”
- Menganalisa, “Gimana nanti kalo udah gede coba, pasti susah dibilangin”
- Memerintah, “Jangan lari-larian dong!”
Dengarkan dgn aktif. Baiknya menurut ibu Elly Risman kita tidk hanya sekedar mendengar jika anak berbicara... Tapi kita harus mendengar dengan aktif agar bisa jadi temen curhat si anak dan membuat anak menjadi nyaman bersama kita...
Kayak apa sih caranya? Yuk ikutan seminarnya :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar